Sabtu, 10 April 2010

Jalan Kaki Jinakkan 9 Penyakit !

jalan kakiStudi dalam beberapa tahun terakhir semakin mengukuhkan bahwa berjalan tergopoh-gopoh dan bukan jalan santai memang memberi banyak manfaat bagi kesehatan kita. Inilah sembilan manfaat yang dapat diperoleh dari aktivitas jalan kaki.

(1). Serangan Jantung.
Pertama-tama tentu menekan risiko serangan jantung. Kita tahu otot jantung membutuhkan aliran darah lebih deras (dari pembuluh koroner yang memberinya makan) agar bugar dan berfungsi normal memompakan darah tanpa henti. Untuk itu, otot jantung membutuhkan aliran darah yang lebih deras dan lancar. Berjalan kaki tergopoh-gopoh memperderas aliran darah ke dalam koroner jantung. Dengan demikian kecukupan oksigen otot jantung terpenuhi dan otot jantung terjaga untuk bisa tetap cukup berdegup. Bukan hanya itu. Kelenturan pembuluh darah arteri tubuh yang terlatih menguncup dan mengembang akan terbantu oleh mengejangnya otot-otot tubuh yang berada di sekitar dinding pembuluh darah sewaktu melakukan kegiatan berjalan kaki tergopoh-gopoh itu. Hasil akhirnya, tekanan darah cenderung menjadi lebih rendah, perlengketan antarsel darah yang bisa berakibat gumpalan bekuan darah penyumbat pembuluh juga akan berkurang. Berjalan kaki tergopoh-gopoh tercatat mampu menurunkan risiko serangan jantung menjadi tinggal separuhnya.

(2). Stroke.
Kendati manfaat berjalan kaki tergopoh-gopoh terhadap stroke pengaruhnya belum senyata terhadap serangan jantung koroner, beberapa studi menunjukkan hasil yang menggembirakan. Tengok saja bukti alami nenek-moyang kita yang lebih banyak melakukan kegiatan berjalan kaki setiap hari, kasus stroke zaman dulu tidak sebanyak sekarang. Salah satu studi terhadap 70 ribu perawat (Harvard School of Public Health) yang dalam bekerja tercatat melakukan kegiatan berjalan kaki sebanyak 20 jam dalam seminggu, risiko mereka terserang stroke menurun duapertiga.

(3). Berat badan stabil.
Ternyata dengan membiasakan berjalan kaki rutin, laju metabolisme tubuh ditingkatkan. Selain sejumlah kalori terbuang oleh aktivitas berjalan kaki, kelebihan kalori yang mungkin ada akan terbakar oleh meningkatnya metabolisme tubuh, sehingga kenaikan berat badan tidak terjadi.

(4). Menurunkan berat badan.
Ya, selain berat badan dipertahankan stabil, mereka yang mulai kelebihan berat badan, bisa diturunkan dengan melakukan kegiatan berjalan kaki tergopoh-gopoh itu secara rutin. Kelebihan gajih di bawah kulit akan dibakar bila rajin melakukan kegiatan berjalan kaki cukup laju paling kurang satu jam.

(5). Mencegah kencing manis.
Ya, dengan membiasakan berjalan kaki melaju sekitar 6 km per jam, waktu tempuh sekitar 50 menit, ternyata dapat menunda atau mencegah berkembangnya diabetes Tipe 2, khususnya pada mereka yang bertubuh gemuk.
Sebagaimana kita tahu bahwa kasus diabetes yang bisa diatasi tanpa perlu minum obat, bisa dilakukan dengan memilih gerak badan rutin berkala. Selama gula darah bisa terkontrol hanya dengan cara bergerak badan (brisk walking), obat tidak diperlukan. Itu berarti bahwa berjalan kaki tergopoh-gopoh sama manfaatnya dengan obat antidiabetes.

(6). Mencegah osteoporosis.
Betul. Dengan gerak badan dan berjalan kaki cepat, bukan saja otot-otot badan yang diperkokoh, melainkan tulang-belulang juga. Untuk metabolisme kalsium, bergerak badan diperlukan juga, selain butuh paparan cahaya matahari pagi. Tak cukup ekstra kalsium dan vitamin D saja untuk mencegah atau memperlambat proses osteoporosis. Tubuh juga membutuhkan gerak badan dan memerlukan waktu paling kurang 15 menit terpapar matahari pagi agar terbebas dari ancaman osteoporosis.
Mereka yang melakukan gerak badan sejak muda, dan cukup mengonsumsi kalsium, sampai usia 70 tahun diperkirakan masih bisa terbebas dari ancaman pengeroposan tulang.

(7). Meredakan encok lutut.
Lebih sepertiga orang usia lanjut di Amerika mengalami encok lutut (osteoarthiris). Dengan membiasakan diri berjalan kaki cepat atau memilih berjalan di dalam kolam renang, keluhan nyeri encok lutut bisa mereda. Untuk mereka yang mengidap encok lutut, kegiatan berjalan kaki perlu dilakukan berselang-seling, tidak setiap hari. Tujuannya untuk memberi kesempatan kepada sendi untuk memulihkan diri.

(8) Depresi.
Ternyata bergerak badan dengan berjalan kaki cepat juga membantu pasien dengan status depresi. Berjalan kaki tergopoh-gopoh bisa menggantikan obat antidepresan yang harus diminum rutin. Studi ihwal terbebas dari depresi dengan berjalan kaki sudah dikerjakan lebih 10 tahun.

(9). Kanker.
Kita tahu, bergerak badan ikut melancarkan peristaltik usus, sehingga buang air besar lebih tertib. Kanker usus dicetuskan pula oleh tertahannya tinja lebih lama di saluran pencernaan. Studi lain juga menyebutkan peran berjalan kaki terhadap kemungkinan penurunan risiko terkena kanker payudara.

KAFEIN

Kafein adalah stimulan alami yang ditemukan di dalam daun, biji, atau buah di lebih dari 60-an tanaman di seluruh dunia. Kafein dapat ditemukan di bubuk kopi Arabia, daun teh di Cina, kacang Cola di Afrika Barat dan kacang Kakao di Meksiko.

Karena penggunaannya yang banyak di seluruh dunia, kafein menjadi zat psikoaktif yang paling banyak digunakan di seluruh dunia. Untuk yang paling umum di seluruh dunia dan termasuk Indonesia di dalamnya adalah didalam kopi dan teh.

Kafein telah diteliti sejak sekitar tahun 1980 mengenai kaitannya terhadap kesehatan. Beberapa ahli sepakat bahwa penggunaan kafein dalam taraf normal (300 miligram atau sekitar 3 cangkir kopi setiap hari) tidak mungkin menyebabkan masalah kesehatan.

Efek kafein yang paling banyak diketahui adalah efek terjaga dari tidur. Kafein akan terasa pada puncaknya pada 1 jam setelah konsumsi. Kafein akan merangsang saraf dan sistem kardiovaskular. Hal ini akan mempengaruhi otak dan menghasilkan suasana hati yang lebih baik, mengurangi kelelahan, dan meningkatkan konsentrasi, sehingga dapat berpikir lebih jernih dan bekerja lebih keras. Kafein juga dapat meningkatkan denyut jantung, aliran darah, laju pernafasan, dan laju metabolisme selama beberapa jam. Tetapi ketika di konsumsi sebelum tidur akan mengganggu “proses tidur” anda.

Tidak semua mengalami efek yang sama, karena tergantung dengan beberapa faktor diantaranya adalah jumlah kafein yang dikonsumsi, jenis kelamin, tinggi atau berat badan, usia dan apakah kondisi sedang merokok atau tidak.

Selain itu konsumsi kafein yang berlebihan ( sekitar 600mg, karena kafein dapat menyebabkan kecanduan) dapat menyebabkan gugup, berkeringat, ketegangan, gangguan perut, kecemasan, dan insomnia. Bisa jadi pikiran jernih juga tidak terjadi bahkan dapat menstimulasi efek samping dari obat tertentu.

KeSeHaTaN

Kopi Tak Banyak Melindungi Otak yang Menua

Minum beberapa cangkir kopi sepanjang hari mungkin bisa membuat anda tetap terjaga, tapi itu kelihatannya tak banyak membantu dalam melindungi otak yang menua akibat kemerosotan mental atau “dementia”.

Menurut penelitian dari Finlandia, beberapa studi telah memperlihatkan kopi memiliki dampak melindungi fungsi otak dalam usia tua, sementara studi lain tak memperlihatkan kaitan itu.

Salah satu studi paling akhir mengenai topik tersebut, yang disiarkan di dalam “American Journal of Clinical Nutrition”, terbitan September, tak menemukan hubungan antara konsumsi kopi dan kemerosotan daya kognisi atau dementia baik pada laki-laki maupun pada perempuan.

Dr. Venla S. Laitala, di University of Helsinki, dan rekannya menilai kebiasaan minum kopi, serta data lain sosial, demografik, dan kesehatan mengenai banyak warga pasangan kembar yang rata-rata berusia 50 tahun.

Pada saat ini, 75 persen laki-laki dan 83 persen perempuan minum lebih dari tiga cangkir kopi sehari. Hanya empat persen pria dan satu persen perempuan tidak mengkonsumsi kopi setiap hari.

Ketika kelompok tersebut rata-rata berusia lebih dari 74 tahun, para peneliti melaksanakan wawancara telefon dengan 2.606 peserta studi itu 48 persen perempuan untuk secara khusus meneliti kemerosotan daya pengenalan dan dementia.

Mereka mendapati bahwa setiap tahun pertambahan usia berkaitan dengan kemerosotan dalam kemampuan berfikir, tak peduli jenis kelamin peserta studi tersebut.

Namun, dalam studi itu, konsumsi kopi pada usia menengah tak memiliki dampak perlindungan terhadap “kemerosotan daya kognitif atau pencegahan terhadap dementia”, kata Laitala kepada Reuters Health dalam koresponden melalui surat elektronik.

Sebagimana perkiraan, sakit jantung, diabetes, dan ketidakpuasan dengan hidup sangat berhubungan dengan penampilan daya kognitif yang lebih rendah, kata para peneliti tersebut dalam laporan mereka.

Oleh karena itu, tim Laitala menyarankan dilakukannya penyelidikan lebih lanjut dengan pusat perhatian pada peran yang dimainkan sakit jantung, diabetes dan kepuasan pada hidup dalam kemampuan menganalisis dan berfikir yang berubah dan berkaitan dengan usia. (Anspek)